Monday, March 25, 2013

ED VIESTURS

Apakah seorang pendaki ketinggian ekstrim ( high altitude climber ) harus seorang yang dibesarkan di dataran tinggi? Ataupun peranakan orang gunung? Jawabanya tidak. Ed Viesturs membuktikannya. Dibesarkan di Rockland, Illinois, yang alamnya berupa dataran, dimana satu - satunya struktur yang tinggi adalah menara air. Dilahirkan th 1959, dari seorang ayah imigran asal Latvia dan ibu imigran asal Jerman.



Viesturs, mulai tertarik dunia petualangan semenjak SMA. Keinginan mendakinya tumbuh setelah membaca buku Annapurna, kisah petualangan Maurice Herzog's , seorang pendaki legendaris dari Perancis. Viesturs yang saat itu berumur 15 th meminjam buku tersebut dari perpustakaan sekolah.

Kekagumannya bukan kepada kisah tragis Herzog's yang hampir mati dan mengalami amputasi. Tetapi kepada bagaimana seseorang bisa merumuskan tujuan dan tak mengenal putus asa untuk mencapai tujuannya itu.

Petualangan sesungguhnya dimulai setelah Viesturs melanjutkan sekolahnya di Universitas Washington di Seattle, jurusan Kedokteran Hewan, th 1977. Dari jendela kamar asrama mahasiswanya dapat dilihat langsung Gunung Rainier ( 4392m ).

Maka hampir setiap akhir pekan tak peduli cuaca hujan atau cerah, Viesturs muda menyandang rangsel menghabiskan waktunya disana. Terkadang dengan menumpang mobil yang lewat. Selanjutnya dia menjadi seorang guide di Rainer Mountaineering Inc terutama saat liburan musim panas.

Setelah lulus sebagai seorang dokter hewan, th 1987, Viesturs sempat bekerja di sebuah klinik hewan milik temannya. Temannya memberikan keleluasaan untuk bekerja dan mengambil cuti untuk kegiatan mendakinya. Tetapi karena terlalu sering membolos kerja, dia dipaksa memilih :bekerja atau mendaki. Pilihanya adalah mendaki. 

Ed Viesturss adalah pendaki nomor satu di Amerika. Di majalah National Geographic Adventure dia dinobatkan sebagai Penjelajah Tahun Ini ( Adventurer of The Year 2005 ).

Pada tanggal 12 Mei 2005, Viesturs mencapai puncak prestasinya, mencapai puncak Annapurna ( 8091m ) tanpa oksigen ataupun porter. Puncak prestasinya bukannya mendaki Everest ( 8850m ), gunung tertinggi di dunia, tetapi dia telah menyelesaikan pendakian seluruh gunung berketinggian lebih dari 8000m.Yang berjumlah 14 buah.

Everest sendiri telah berhasil didaki pada tahun 1989. Bahkan Viesturs telah mendakinya 6 kali ( 3 kali tanpa tabung oksigen, dan menjadi pendaki kedua ( non sherpa ) tersering mendaki Everest setelah Pete Athans ). Dia menjadi pendaki ke 12, yang telah berhasil mendaki keseluruhan gunung 8000+ m. Dan menjadi pendaki ke 5 yang melakukannya tanpa bantuan tabung oksigen.

Pendaki yang konservatif
Viesturs, dikenal sebagai seorang yang penuh perhitungan dalam setiap pendakiannya, atau sering disebut pendaki konservatif. Dia tak segan untuk menghentikan pendakian dan memilih berbalik arah, jika dia rasakan resiko jiwa mengancam.

Baginya pendakian adalah bukan untuk orang lain, bukan untuk dikagumi orang dan bukan untuk membuktikan apapun ke orang lain, tetapi pendakian adalah untuk dirinya. Sehingga kembali dalam keadaan selamat lebih penting dari apapun.



Saat mencapai base camp nya, dia tidak peduli dianggap gagal dalam mendaki,. "Saya ingin menunjukan ke semua orang bahwa mendaki bukanlah mencari kematian, kamu dapat hidup untuk membicarakan pendakiannmu. Jika kita menjauhi hal tersebut ( kematian ), kita akan bisa meninggalkan ketidakpastian dari gunung itu sendiri. Saya ingin merubah ( kegiatan pendakian gunung ) menjadi sesuatu yang positif."

Tercatat dia gagal mendaki Gunung Everest dua kali, tahun 1987 dan 1993, pertama kali gunung ini berhasil dia daki pada tahun 1990. Tahun 2001 gagal mendaki Nanga Parbat, kembali mencoba pada tahun 2003, dan berhasil. Tahun 2000 dan 2002, gagal mendakiAnnapurna. Dan baru berhasil di tahun 2005. Kegagalan pada pendakian - pendakiannya akibat cuaca yang buruk di atas gunung.

Saat ini dia sangat puas dengan apa yang berhasil dicapainya, yaitu mendaki keseluruhan puncak, tanpa ada bagian tubuh yang teramputasi ( karena pembekuan ), dan tidak ada anggota timnya yang meninggal.

MEDINA KAMIL

Terombang - ambing di Laut Arafuru dan terdampar di Pulau Tiga selama empat hari, menjadi pengalaman pertama Medina Kamil saat mulai menjadi presenter Jejak Petualang. Mungkin hal ini bisa membuat nyali siapa pun ciut. Namun, tidak begitu baginya, justru semakin merasa tertantang menyelusuri keindahan alam Indonesia.



Pengalaman sebagai presenter teve di Jejak Petualang, membuat saya  menjadi pecinta alam Indonesia sejati. Kalau ditanyakan seperti apa keindahan alam Indonesia? Spontan saya menjawab, Indonesia merupakan surganya keindahan alam. Tidak ada bandingannya.

Tempat favorit saya  adalah Papua. Belum ada yang bisa mengalahkan keindahan alam Papua. Apalagi di sana benar - benar belum terjamah banyak tangan. Hutan - hutan yang masih perawan, serta lautnya juga masih bagus.

Kalau untuk daerah eksplorasi, saya lebih suka ke daerah pantai dibanding ke gunung atau tebing. Di pantai itu banyak keindahan bawah laut yang bisa kita lihat. Ada terumbu karang dan biota laut.  Apalagi saya suka banget snorkeling dan diving. Jadi pantai adalah kesukaan pertama saya kalau jalan - jalan. Saya suka Raja AmpatWakatobi, Kepulauan Togian dan lainnya. Tapi kalau mau pergi ke pantai yang tidak terlalu jauh, pantai - pantai di Kepulauan Seribu juga masih banyak yang bagus dan bersih. 

Kalau ditanya soal suka duka menjadi presenter traveling. Saya sih lebih banyak sukanya, karena jalan - jalan gratis. Tetapi kadang - kadang juga ada dukanya. Dukanya itu kalau lagi ke suatu tempat yang bagus, tapi waktu shooting nya cuma sebentar. Jadinya tidak bisa santai dan liburan sejenak.

Apalagi kalau kebetulan bertemu penduduk yang tidak bisa diajak kerja sama.  Mau marah tidak bisa, kalau didiamin kok jadi  gondok. Ya yang kayak gitu deh yang bikin jadi bad mood. Apalagi kalau pergi ke suatu tempat terlalu lama, padahal tidak begitu banyak yang harus dikerjakan disana, kadang - kadang bosan juga.

Untuk urusan pasangan, saya memang tidak terlalu pilih - pilih banget. Yang penting pasangan saya harus pengertian. Dalam arti mengerti kesibukan dan pekerjaan saya. Saya paling nggak suka kalau lagi kerja selama berminggu - minggu terus ditanyain kenapa nggak pulang  atau telepon. Wah kalau seperti itu  bukan tipe saya deh. Untungnya pasangan saya sekarang, orangnya pengertian dan suka juga jalan - jalan seperti saya.

HIMAWAN TEJOMULYONO

Usia senja kerap diidentikan dengan sosok tua renta. Namun berbeda dengan Himawan Tedjomulyono yang akrab di panggil Mbah No, Di usia 85 tahun, tak menghalanginya untuk terus mendaki gunung. Pepatah tua - tua keladi mungkin menjadi ungkapan yang pas menggambarkan Himawan.


www.belantaraindonesia.org

Tiap hari, Himawan olahraga jalan kaki. Bersama kawan dan tetangganya, setidaknya 10 kilometer ia jalani menyusuri daerah pegunungan. Acapkali ia mengajak warga sekitar terutama anak - anak untuk ikut berjalan kaki.

Selain dikenal ramah, Himawan juga selalu gemar bercanda dan selalu menggelorakan semangat pada anak muda. Sosok Himawan di mata temanya adalah lelaki yang tegas tetapi selalu memberikan inspirasi serta motivasi.



www.belantaraindonesia.org

Mendaki gunung bukan sekadar menyalurkan hobi olahraga, tetapi ada makna filosofikehidupan di baliknya. Filosofi inilah yang selalu menjadi alasan Himawan kembali mendaki gunung walau usianya lebih dari 70 tahun.

Sebanyak 29 gunung di Tanah Air telah didaki oleh Himawan dan kawan - kawannya. Petualangan Himawan mendapat pengakuan dari Museum Rekor Indonesia ( Muri ) yang mencatatkan dirinya sebagai pendaki gunung tertua di Indonesia.



www.belantaraindonesia.org

Menjaga kebugaran dan meramu makan selalu dilakukan Himawan. Di usia senja, Himawan berencana kembali mendaki Gunung Kerinci. Saat ini bukan umur yang menjadi halangan melainkan biaya. Kini dia mencari sponsor untuk membuktikan usia tua, bukanlah penghalang manusia meraih harapan dan cita - cita.


Berikut beberapa foto saya dengan mbah no ketika napak tilas 4 di batang, jawa tengah.







WILLEM TASIAM

Biografi - Pemilik nama lengkap Willem Sigar Tasiam ini lahir di Pontianak, tanggal 22 Februari 1958. Willem merupakan anak tertua dari lima bersaudara dari pasangan Arnold Tasiam dan Marie Katuk, keduanya asli Manado. Willem lahir saat ayahnya sedang tugas di Kalimantan Barat, sebagai karyawan di PT PELNI. Karena itulah ia selalu berpindah mengikuti ayahnya.

Ia menamatkan pendidikannya hingga SMP, dan pernah lama tinggal di kota Purwokerto sebagai Guru Musik di YASMIN. Minatnya terhadap kegiatan pencinta alam semakin kuat mengingat tinggalnya yang sering berpindah. Begitu pula saat ia berpindah ke Jatinegara pada tahun 1971.  Sejak itu Willem mulai mendaki Gunung Gede Pangrango. Gunung Gede menurutnya sangat cocok bagi pendaki pemula karena jalurnya yang cukup enak, kemudian bisa dilanjutkan ke Gunung Pangrango yang memiliki jalur lebih sulit dengan medan tertutup.








Willem Tasiam Dipecat dari Klub

Sosok yang sangat aktif ini pernah tercatat sebagai anggota Klub Tapak. Bahkan karena terlalu aktif, ia sampai dipecat karena meninggalkan jauh senior-seniornya. Sejak itu ia jalan sendiri dan bahkan bersaing dengan mereka. Ia kurang suka dengan mendaki gunung yang biasa biasa saja.

Setelah itu ia membuat Kelompok sendiri bernama Lapas, kelompok ini tidak memiliki AD & ART sehingga lebih leluasa dalam berkegiatan dan mengajak pencinta alam lain. Dia juga tercatat dalam Wadah Pencinta Alam Jakarta yang dinaungi oleh Dewan Harian Nasional Angkatan 45 hingga sekarang.



Willem Tasiam jadi Guru Musik

Saat pindah ke Purwokerto pada tahun 1992, ia menjadi guru musik di Yasmin cabang Purwokerto. Tepatnya ia mengajar gitar klasik yang penggemarnya cukup terbatas di kalangan guru SMA, Pelajar, Mahasiswa. Kegiatan sebagai guru musik mulai surut ketika lokasi mengajar berpindah dari Jalan Merdeka ke jalan Yoso Darmo.

Pengalaman dan Pencapaian

  • Membuat rekor pendakian solo di pulau Jawa, Bali dan Sumbawa 14 Gunung dalam 20 hari tahun 2004.
  • Membuat rekor Pendakian solo di pulau Jawa, Bali dan Sumbawa 20 Gunung dalam 26 hari tahun  2005.
  • Membuat rekor pendakian solo di Pulau Jawa, Bali dan Sumbawa 23 Gunung dalam 22 hari tahun 2007.
  • Membuat rekor pendakian solo di Pulau Jawa, Bali dan Sumbawa 24 Gunung dalam 24 hari tahun 2009.
Peta Jalur Pendakian Willem Tasiam

Selain pencapaian diatas, Willem juga pernah mendaki tiga gunung selama satu hari. Hal ini memungkinkan karena letaknya berdekatan. Pada pukul 00.00 WIB, ia mendaki dari kaki Gunung Gede di Cibodas, Jawa Barat. Pukul 05.00 WIB, ia sampai di puncak, lalu turun lagi pada pukul 07.00 WIB. Setelah melewati pertigaan menuju Gunung Pangrango, Willem mencapai puncak kedua itu pada pukul 09.30 WIB. Setelah itu, ia lanjut mendaki gunung ketiga, Burangrang, dan sampai di puncak pada pukul 17.46 WIB. Semua catatan waktu ini rapi didokumentasikan dalam buku perjalanannya. 
Dan masih banyak sederet prestasi lainya. Semuanya dilakukan dengan menggunakan alat transportasi biasa tanpa dukungan SPONSOR secara penuh, namun ia tetap dibantu beberapa rekan.


Willem Tasiam di Puncak Gunung Slamet
Menurut dia, pendaki harus giat berlatih dan memahami setiap karakter gunung yang dijadikan target pendakian. Terutama jika ingin melakukan ekspedisi ke beberapa gunung. Target waktu dan orientasi harus dilakukan secara matang. Sebagai contoh kita meminta bantuan pendaki setempat untuk mendukung kecepatan trsnsportasi menuju gunung yang berikutnya. Yang ia lakukan adalah memberi tahu rencana dan jadwal pendakian pada pendaki lokal. Sehingga diharapkan mereka bisa mengajak sesama pendaki setempat untuk memberikan solusi memperpendek waktu perjalanan antar gunung. "Saya bangga dan berterimakasih karena kelompok lokal banyak membantu mengantar sampai ke lokasi pendakian berikutnya. Ibarat barang,saya diantar secara estafet kepada pendaki berikutnya”. 


Tips dari Pak Willem

Tips dari bung Willem dalam soal makanan. Ia memiliki rahasia tersendiri dalam hal ini. Tidak seperti pendaki kebanyakan yang menbawa beras atau roti, ia malah biasanya membawa kismis, sale pisang basah, dan selai kacang dalam tasnya. Menurutnya makanan ini merupakan asupan yang tepat untuk memulihkan energi. Betul juga, karena makanan tersebut termasuk mudah dicerna oleh tubuh. Ia juga biasanya membawa buah anggur atau pir hijau. kedua buah tersebut mengandung banyak air untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang.


Target Pak Willem Tasiam Selanjutnya

Diusianya yang kini 54 Tahun, ia masih memiliki keinginan untuk menbuat rekor lagi. Targetnya ialah mendaki 30 gunung dalam 28 hari, tentunya dengan tambahan beberapa gunung di Sumatra.

Bagaimana dengan anda kawan? berani mencoba? silahkan tinggalkan komentar kawan. 

Saturday, March 16, 2013

EDIT FOTO ONLINE


Friday, March 15, 2013

GUNUNG BAWAKARAENG



Gunung Bawakaraeng berdiri dengan ketinggian 2.830m d.p.l, dan berada pada posisi 119°56′40″ BT dan 05°19′01″ LS. dan suhu minimum adalah sekitar 17°C hingga maksimum 25°C. Hutan gunung ini didominasi oleh vegetasi hutan dataran rendah, hutan pengunungan bawah dan hutan pegunungan atas. Tumbuhan yang banyak ditemui diantaranya Jenis pinus, anggrek, edelweis, paku-pakuan, pandan, cengkeh, santigi, rotan, lumut kerak dan lain sebagainya. Sedangkan untuk jenis fauna yang bisa ditemui antara lain, Anoa, babi hutan, burung pengisap madu, burung coklat paruh panjang dan lainnya. 

Gunung ini merupakan darah tangkapan air untuk Kabupaten Gowa, Makassar dan Sinjai. Juga merupakan hulu sungai Jene’ berang. Serta merupakan Kawasan Hutan Wisata. Gunung ini juga termasuk kedalam kawasan Hutan Lindung Lompobatang. Gunung Bawakaraeng yg menurut masyarakat sekitar punya arti Bawa = Mulut dan karaeng = Tuhan, kalau diartikan menjadi Gunung Bawakaraeng = Gunung Mulut Tuhan, termasuk kedalam wilayah kawasan Hutan Lindung Lompobatang. 

Pada bulan menjelang Idhul Adha, Gunung ini menurut penduduk akan menjadi sangat ramai, karena sebagian kecil masyarakat di kabupaten Gowa percaya, kalau mendaki Gunung bawakaraeng, sama dengan melakukan perjalanan ke Tanah Suci, jadilah istilah Haji Bawakaraeng. Gunung Bawakaraeng yg posisinya sangat dekat dengan laut, juga pada malam hari kota Makassar terlihat begitu indah dari puncak bawakaraeng, ternyata gunung ini menyimpan banyak misteri, dan banyak juga legenda Mistis yg melekat di gunung ini. 

Dibalik itu, sebagai gunung yg paling sering dikunjungi dan pada bulan – bulan di musim penghujan, kondisi cuaca di gunung ini menjadi sangat buruk dan sering terjadi badai di pegunungan lompobatang. Waktu kunjungan terbaik biasanya di anjurkan pada bulan Mei – September, karena pada bulan tersebut cuaca lumayan baik dan pemandangan alam akan begitu terlihat indah. Gunung ini hanya berjarak 75 km dari Kota Makassar dan menjadikan gunung favorites bagi pendaki di Kota Makassar dan sekitarnya.




Rute Pendakian
Secara Geografis, Gunung Bawakaraeng terletak di Kabupaten Gowa, akan tetapi pencapaian menuju puncak gunung ini dapat dilakukan dari dua jalur yaitu, jalur Lembanna yang juga terletak di kabupaten Gowa. Dan jalur satunya adalah jalur Tassoso’ yang terletak di Kabupaten Sinjai.

JALUR LEMBANNA
Lembanna terletak disebelah Utara Laut puncak Bawakaraeng. Daerah ini juga berada tepat dikaki gunung Bawakaraeng dengan ketinggian 1.400m d.p.l, pada posisi koordinat 119°54′18″ BT dan 05°15′15″ LS. Mata pencaharian penduduknya adalah bertani. Curah hujan rata-rata adalah 2.034mm/tahun dengan suhu udara minimum 15°C dan maksimum 20°C. umumnya penduduknya ber etnik Makassar atau penduduk asli, dan umumnya rumahnya bersedia digunakan untuk bermalam. Desa yg termasuk dalam kecamatan Tinggi Moncong, kabupaten Gowa, lebih dikenal dengan daerah Wisata Malino.Masyarakat desa Lembana ini sangat ramah dan bersahabat, banyak pendaki yang menginap gratis di rumah penduduk sebelum mendaki, Tiap akhir pekan tempat ini selalu ramai dikunjungi oleh Pendaki yang ingin mendaki gunung Bawakaraeng ataupun orang yang hanya sekedar santai menikmati hari libur dikaki gunung Bawakaraeng. Urutan pencapaian dari Makassar sebagai berikut:
Makassar–> Sungguminasa–> Malino–> Lembanna–> Puncak Gunung Bawakaraeng.

Jika datang dari Makassar atau dari Luar pulau sulawesi, naik angkutan Kota menuju ke Terminal Gowa, atau bisa juga Turun di perempatan Sunggu Minasa, Jalan arah ke Malino. Dari sini, Naik Angkutan Pedesaan jurusan Malino, waktu tempuh kurang lebih 2-3 jam perjalanan. 

Biasanya Sopir angkutan sudah hafal, kalau ada pendaki yg akan mendaki Bawakaraeng, Sopir Angkutan akan mengantar sampai ke Desa lembanna. Desa terakhir di kaki gunung Bawakaraeng. Tariff per Orang Rp. 8000. para pendaki pada umumnya bermalam terlebih dahulu di Desa lembanna, yg punya ketinggian 1400 Mdpl, baru keesokan paginya pendakian dimulai. Atau bisa juga melakukan pendakian pada Malam hari.

Desa Lembanna
Pendakian dimulai dari Desa Lembanna, medannya berupa perkebunan penduduk lalu mulai masuk pintu Hutan Pinus dan untuk mencapai Pos 1 dibutuhkan waktu 1-2 jam perjalanan.

Pos 1
Dari Pos 1 yg ketinggian mencapai 1650 mdpl, pendakian terus landai hingga mencapai Pos 2, diperlukan waktu tak lebih dari 1 jam perjalanan, disini tersedia mata air yg mengalir.

Pos 2
Perjalanan belum terlalu mendaki, masih landai dan mulai masuk vegetasi hutan khas sulawesi, waktu tempuh tak berbeda dengan dari Pos 1 ke Pos 2,

Pos 3
Di pos 3 juga tersedia mata air dan bisa mendirikan Tenda.

Pos 4
Pos 4 di tempuh dalam waktu lebih dari 1 Jam perjalanan dan perjalanan di lanjut hingga Pos 5, di pos 5 terdapat mata air, hanya saja lumayan jauh. Biasanya I Pos 5 digunakan untuk bermalam.

Pos 5
Dari Pos 5, perjalanan mulai mendaki dan sepanjang perjalanan akan melewati Pohon-pohon yg tumbang karena dari Pos 5 – 6, hutannya habis terbakar, kalau mendaki malam hari sebaiknya berhati-hati, karena disini biasanya pendaki sering tersasar, karena jalur tak begitu terlihat.

Pos 6
Ketika tiba di Pos 6, perjalanan masih melalu hutan yg lumayan lebat, perjalanan terus melandai dan mulai mendaki dan hutan mulai menghilang berganti vegetasi hutan yg berbeda dan setelah 2 jam perjalanan, akan tiba di Pos 7, yg punya ketinggian 2710 mdpl.

Pos 7
Di Pos 7 pemandangan sangat indah dan lumayan terbuka. Dipos 7 inilah yg sering terjadi badai.

Pos 8
Dari Pos 7 menuju Pos 8, jalur mulai naik turun, di sepanjang jalur ini terdapat 2 kuburan dan ada pula In-memoriam pendaki yg tewas, setelah melewati 2 bukit yg punya ketinggian rata-rata 2700 mdpl, jalur akan menurun dan Tiba di Pos 8, disini tersedia mata air, dan biasanya pendaki bermalam disini baru keesokan paginya menuju puncak Bawakaraeng. Pemandangan rumput savana dan puncak bawakaraeng terlihat dari pos 8 ini, suhu pada malam hari antara 8-10 derajat.

Pos 9
Setelah melewati padang savana dan ada kebun edelweis maka akan Pos 9 di tempuh kurang lebih 1 jam perjalanan, di pos 9 juga bisa digunakan untuk mendirikan tenda.
Pos 10
Pos 10 adalah Puncak Bawakaraeng. Untuk mencapai puncak bawakaraeng, tidak lah terlalu sulit, walaupun sedikit mendaki. Setelah menempuh kurang lebih ½ jam perjalanan, maka akan tiba di Puncak Bawakaraeng. Sebaiknya sebelum menuju puncak perhatian kondisi alam di puncak, terkadang angin bertiup lumayan kencang.
Rute alternative bisa juga menggunakan jalur lintas, yaitu melewati lembah Rama, dari Pos 1 ada percabangan jalan, ambil jalur kanan dan tembuh di Pos 8, jalur ini lumayan panjang dan melewati lembah yg lumayan luar, bisa melihat Air Terjun Taka Palu yg punya ketinggian 50 meter. Rute Alternative lintas LompoBatang, Pendakian bisa juga lintas ke Gunung LompoBatang melalui puncak bawakaraeng dan Turun di Kabupaten Gowa, menurut informasi dibutukan waktu 3 hari perjalanan.

JALUR TASSOSO

Dusun Tassoso’ terletak disebelah Timur Laut puncak Gunung Bawakaraeng. Daerah ini yang berda tepat dibawah kaki gunung ini dan berada pada ketinggian 1.320m d.p.l, pada posisi koordinat 119°58′38″ BT dan 05°58′55″ LS. Mata pencaharian penduduknya adalah bertani. Curah hujan rata-rata adalah 78.7mm/tahun dengan suhu udara minimum 15°C dan maksimum 27°C. Urutan pencapaian dari Makassar sebagai berikut:
Makassar–> Sinjai Barat (Manipi)–> Gunung Perak (Tassoso)–> Puncak Gunung Bawakaraeng

Keadaan Puncak

Ketika tiba dipuncak Bawakaraeng, pemandangan di puncak ini termasuk yg paling bagus di sulawesi, tak heran setiap minggu gunung ini ramai di daki oleh para pendaki yg umumnya datang dari Sulawesi selatan, juga dari propinsi lainnya. Terdapat Sumur yg dikeramatkan oleh masyarakat, biasanya mereka mengambil air dari sumur tersebut untuk di bawapulang, juga terdapat batu yg biasa digunakan untuk sesajen. Luas puncaknya kurang lebih 100 m2, pemandangan Laut dan Kota Makassar di arah barat, di arah Timur Awan terlihat tebal dan terdiam menggumpal, di arah selatan terlihat Gunung Bulusaraeng dan arah selatan, adalah Gunung LompoBatang 2871 mdpl, bisa dilintasi lewat Gunung Bawakaraeng. Waktu tempuh untuk pendakian Gunung Bawakaraeng, kalau dirata-rata dari Desa Terakhir kira-kira 6 – 8 jam perjalanan.

Perijinan

Tidak ada perijinan yang berbelit-belit untuk mendaki gunung ini, hanya perlu melapor ke kepala desa setempat dan untuk lebih baiknya menyertakan surat jalan yang dilampiri data lengkap para pendakinya.
Keberadaan Porter Didesa lembanna, kebanyakan penduduk bersedia untuk mengantar dan sekaligus menjadi Porter, hanya saja tak ada tariff yg jelas. Tergantung kesepakatan.

GUNUNG LOMPOBATTANG



Gunung Lompobattang yang tinggi puncaknya mencapai 2871 mdpl, Gunung Lompobattang  adalah tipe gunung yang tidak berapiGunung Lompobattang terletak di kabupaten gowa, Sulawesi selatan. Gunung Lompobattang seperti gunung yang lainya yang berada di sulawesi Gunung Lompobattang ini menjadi objek pendakian para KPA Atau organisasi.



Mengenai Gunung Lompobanttang
Gunung Lompobattang, Vegetasi alam jalur pendakian Gunung Lompobattang diantaranya hutan pinus, perkebunan, Hutan produksi, hutan primer, dan bebatuan, Gunung Lompobattang  sudah amat jarang di temui babi hutan dan burung-burung.


Gunung Lompobattang, jalur pendakian Gunung Lompobattang pertama kita menuju kec.tompobulu kab. gowa dan minta surat izin jalan di lembang bune. rute dari lembang bune cuma 1 jalur yang normal dan selama pendakian sampai ke puncak 8 jam waktu yang suda maksimal cepat. 
Pos I Ke Pos III melewati kawasan hutan pinus, perkebunan rakyat dan sungai kecil dengan jalan setapak, waktu tempuh 70 menit.
Pos III Ke V melewati kawasan hutan produksi dengan waktu tempuh 90 menit.
Pos V Ke Pos VII melewati kawasan hutan primer dengan waktu tempuh 60 menit.
Pos VII ke Pos IX menuruni bebatuan dan meniti pada akar kayu dengan waktu tempuh 90 menit
Pos IX merupakan tempat camp terakhir sebelum melanjutkan perjalanan ke Pos X (Top), waktu tempuh 30 menit dengan kondisi jalur menanjak dan melewati bebatuan dan akar kayu tunuk mencapai puncak Gunung Lompobattang

Mengenai Gunung Lompobanttang

GUNUNG BULUSARAUNG



Gunung Bulusaraung adalah salah satu Gunung di Sulawesi Selatan lokasinya berada diantara Kab. Pangkep dan Kab. Maros, tepatnya di Kec. Balocci Desa Tompobulu dengan ketinggian gunungmencapai 950 Mpdl.





Gunung Bulusaraung ini juga termaksud salah satu Gunung di Sulawesi Selatan yang banyak dikunjungi baik itu para wisatawan luar Sulawesi Selatan maupun para Pendaki Gunung. Untuk menuju ke puncak Gunung Bulusaraung hanya perlu menempuh jarak sekitar 4-5 jam dari pemberhentian terakhir atau biasanya disebut POS 0 di Desa Tompobulu.


Gunung Bulusaraung yang memiliki ketinggian 1.353 Mdpl ini walapun tidak termaksud Salah satuGunung tertinggi di Sulawesi Selatan Tetapi memiliki Jalur yang cukup menantang dan sedikit extrem apalagi saat musim hujan pastinya agak kesulitan untuk menempuh jalur sesuai waktu yang ditentukan apa lagi buat Pendaki atau wisatawan yang mendaki ke Gunung Bulusaraung untuk pertama kali.


Tetapi walapun jalurnya sedikit sulit ada beberapa Pos peristirahatan sejenak yang memiliki Pemandangan yang cukup Indah, sehingga dapat mengobati rasa lelah dalam perjalanan tadi. selain itu di Gunung Bulusaraung juga terdapat beberapa species Flora dan Fauna diantaranya Tumbuhan Rotan, Kemiri, Kelapa Serta Beberapa Tumbuhan warga yang sengaja ditanam di sekitar jalur pendakian Gunung Bulusaraung, Kera hitam (maccaca maura) Kupu – kupu (triodes holiptron), Musang (macrogolidia masenbraiki) dfan masih banyak yang laingnya.

Gunung Bulusaraung memiliki 9 pos yang sengaja di bangun oleh pemerintah setempat untuk peristrahat bagi parang wisatawan atau pendaki, jarak dari Pos ke Pos hanya membutuhkan waktu 30 Menit. Biasanya Para Pendaki jika ingin Menginap di Gunung Bulusataung ini membuat BaseCamb di Pos 9, karena jarak dari Pos 9 atau Pos terakhir sebelum Puncak hanya membutuhkan waktu 30 Menit.



 untuk sampe ke Puncak Gunung Bulusaraung, bagi para pendaki misalnya puncak adalah tujuan utama dalam kegiatan pendakian dengan melalui Jalur yang cukup Terjal dan Bebatuan Lepas. Puncak Gunung Bulusaraung ditandai dengan adanya Pemancar Radio Milik BTNBB dan tentunya Tugu atau biasanya disebut TREANGGULASI oleh Para Pendaki Gunung

Thursday, March 14, 2013

GUNUNG WELIRANG


Gunung Welirang, mungkin bukanlah gunung favorit para pendaki di Indonesia, khususnya pulau Jawa. Dibadingkan Gunung Semeru, Raung dan Argopuro, Puncak Welirang dan Arjuno tidaklah begitu mentereng dan popular. Namun lain gunung lain cerita, “Welirang-Arjuno Siji mane Cak” begitu kata orang Surabaya.

Para pendaki yang sudah berkelana kemana-mana pasti tidak akan melupakan “ sentuhan siksaan dan tanjakan ASU (anjing-nama yang baru kami berikan)” jalur menuju dua puncak ini, khususnya yang melalui jalur Tretes. “Asu Tenan” kata teman saya dari Jogja, adalah gambaran singkat, padat dan jelas mendeskripsikan jalur naik dan turun melalui Pos Tretes.


Gunung Welirang walaupun tingginya hanya 3156 mdpl, memiliki pesona tersendiri yang membuat orang menuju padanya. Walaupun lintasannya berbatu rapih dan bisa dilalau Jeep penambangjalur ini tidaklah mudah ditaklukkan. “Siapkan betis dan lutut anda baik-baik” karena jalur berbatu sepanjang 13 km dari Pet Bocor sampai Pos Pondokan telah siap mengurut kaki. Bila masuk melalui Pos Tretes, setelah mengurus perijinan (retribusi Rp. 4000 dan 1 lembar fotocopy KTP), perjalanan dimulai dengan melintasi jalur berbatu setelah pos dan jalan beraspal menuju Pet Bocor (Pipa Bocor) selama kurang lebih 45 menit. Pet Bocor bisa juga digunakan sebagai camp persiapan, karena tersedia camping ground yang cukup luas dan ada warung makan.Dari Pet Bocor inilah kisah sengsara dimulai, jalur berbatu yang tersusun rapih siap memberikan pijat refelksi bagi telapak kali.

Setelah melalaui jalan berbatu selama ± 3,5 jam, pendaki bisa menemukan pos Kop-Kopan. Disini terdapat shelter yang juga dimanfaatkan sebagai warung, mata air bersih dan camping ground. Bagi yang berniat camp dipos ini, bisa mewaspadai badai yang kadang datang tiba-tiba karena minimnya pelindung (pohon ) dipos ini dan terlampau terbuka. Dari Kop-kopan kisah sengsaranya berlanjut selama ± 4 jam melalau jalan berbatu yang mulai kurang taratur. Setelah berjalan ± 1,5 jam, sampailah ditanjakan ASU, tanjakan lurus sepanjang 300m dengan kemiringan 30®. Butuh waktu 45 melewati tanjakan ini “asu tenan !!!”. Setelah melalui tanjakan ini, bisa sedikit berlega karena setelah itu jalur menuju Pondokan tidak ada lagi jalur serupa walaupun masih harus melalui tanjakan berbatu. Waktu tempuh dari Kop-kopan menuju Pondokan ±4jam.



Di Pos Pondokan, akan ditemukan banyak gubug kecil para penambang belerang dan sumber air bersih dan camping ground. Disarankan para pendaki agar membagung camp agak berjauhan dari gubug atau setelah sumber air, selain karena banyak tikus, ada masalah sosial lainnya (walaupun aksidental) yang sering terjadi. Bagi penikmat fotografi, gubug dan aktivitas petambang bisa menjadi obyek foto yang manarik. Tapi juga perlu waspada karena kadang obyek fotonya meminta imbalan sebagai model.

Untuk menuju puncak Welirang dari Pondokan memakan waktu tempuh selama ±3,5 jam dan sebaiknya memulai perjalanan pada saat subuh. Selain menghindari terik mata hari, perjalan subuh memberikan pengalaman yang berbeda karena disuguhkan panorama kota pada malam hari, khususnya dari pelawangan. Dari tempat ini juga bisa menikmati sun rise yang tentunya obyek fotografi yang menarik. Melalui vegetasi cemara, tanaman perdu, edelweis dan jalur berbatu yang mengitari puncak, akan tersuguh pemadangan yang menakjubkan. Kabut tipis dan embun yang membias terterpa cahaya pagi hari, desiran angin dingin yang menusuk dan kerlipan lampu kota dalam rona fajar. Sebaiknya moment ini jangan dilewatkan unutk difoto, karena pencahanya naturalnya memberikan efek photo yang bagus.

Jalur kapuncak Welirang ditandai persimpangan, ke kiri menuju Dapur Belerang dan kekanan menuju Puncak. Sebelum kepuncak, sempatkan mengabadikan Gua Sriti. Gua cukup luas di dekat Puncak gunung Welirang dahulunya digunakan Belandasebagai penangkaran Kijang dan pernah dibangun sebuah villa. Terdapat batu-batu pondasi bekas pagar dan bangunan-bangunan villa serta kandang kijang. Terdapatjuga sebuah makam keramat di dekat gua tersebut yang diyakini oleh para penambang belerang sebagai makam Mbah Tedjo Geni.

Dipuncak Welirang akan tersugug panorama beberapa kawah bekas letusan, dengan tumpukan belarang dan asap mengepul dari dasar kawah. Dari puncak Welirang tanpak dari kejauhan puncak Semeru yang diselimuti awan dan puncak Arjuno serta beberapa puncak gunung lainya. Pengunjung sebaiknya melingkapi diri dengan masker/slayer basah bila berada dipuncak Welirang karena gas Belerangnya cukup tinggi, dan disarankan agar tidak beristirahat terlampau lama apa lagi tertidur karena bisa mengancam keselamatan. Puncak Welirang sebaiknya didatangi sebelum pukul tujuh pagi, karena setelah itu gas belerang dan kabut semakin pekat.

Bila memutuskan unutk turun kembali melalui jalur Tretes, turunan batu yang dilewati sebelumnya saat naik menunggu anda. Kaki anda akan dimanjakan dengan pijatan maha dahsyat, apalagi bila turun hujan yang membuat pijakan menjadi sulit. Akan terasa pos perijinan bukanya semaki dekat malan menjauh. Namun demikan dijamin cerita baru yang didapatkan akan sangan membekas dihati dan kaki. Welirang beda dengan yang lainya, karena pendaki tidak hanya disuguhi puncak namun juga pijat plus-plus. Salam Satu Bumi, Satu Hati.

Travel guide : Perlengkapan wajib: Sepatu Traking, Carier, Raincoat, Tenda, Jaket, Slayer/Masker dan logistik sesuai dengan lama waktu perjalanan. Sebaiknya membawa serta obat anti nyeri /counterpain, plaster dan perban luka. Transportasi : Dari Terminal Bungurasih,Surabaya naik bis Jurusan Malang (Patas: 15 ribu, Ekonomi : 5 ribu) turun di Terminal Pandaan. Dari Terminal Pandaan naik angkot ke Pos Tretes 5-7 ribu.